Cukai Rokok Naik di Masa Pandemi, Bagaimana Nasib Para Perokok ?

Ku masih terdiam di malam yang sunyi sambil ditemani secangkir kopi susu dan bolu pelangi yang begitu manis ketika digigit. Pikiranku melayang dan hati masih saja bertanya kapankah pandemi covid - 19 akan benar - benar berakhir dari dunia ini ?

Sudah hampir 5 bulan kita menjalani kehidupan yang rumit, kerja dari rumah, sekolah harus secara online, tempat rekreasi dan mall di tutup, bahkan banyak sekali yang harus kehilangan pekerjaan karena adanya pandemi ini.

Ah gak terasa air mata ini mengalir, ikut memikirkan nasib mereka yang tidak seberuntung kita pada saat ini. Mereka yang kena PHK dan harus menanggung istri dan anak yang masih kecil, atau bahkan anak yang tidak bisa ikut sekolah online karena gak punya handphone ataupun kuota.


Aku jadi teringat dengan Talkshow Ruang Publik KBR di live streaming pada tanggal 29 juli 2020 dengan tema " Mengapa cukai rokok harus naik saat pandemi ? "



Dengan di hadiri narasumber Dr. Renny Nurhasana sebagai Dosen dan Peniliti Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI, serta Prof. Dr. Hasbullah Thabrany sebagai Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau dan juga Host yang bersuara khas Mas Don Brady.

Dan acara ini juga bisa di dengarkan dari 100 radio di seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.

Banyak sekali ilmu yang aku dapatkan di live streaming ini, apalagi dampak dari pandemi yang kita rasakan sekarang ini. Salah satunya adalah krisis kesehatan dan juga krisis ekonomi.

Sisi Kesehatan

Menurut situs Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Merokok merupakan salah satu faktor resiko PTM ( penyakit tidak menular ) penyebab penyakit kanker, paru kronis dan diabetes. Rokok juga penyebab penyakit menular seperti TBC dan Infeksi saluran pernafasan

Sedangkan menurut Dr. Reisa Broto Asmoro sebagai Anggota Tim komunikasi public gugus percepatan penanganan covid-19 seseorang pengidap penyakit tidak menular (PTM) dan terjangkit virus corona di sebut memiliki potensi fatal yang tinggi

Nah untuk itulah kenapa cukai rokok harus dinaikkan saat pandemi ini. Karena memang orang yang merokok pada saat ini malah meningkat bukannya berkurang.



Dan yang lebih membuat aku terkejut adalah " rokok itu membuat 14x lebih parah mengalami gelaja covid - 19 ". Ucap Dr. Renny Nurhasana sebagai Dosen dan peneliti sekolah kajian stratejik dan global UI.

Dulu suamiku adalah perokok berat, dia bercerita kalau dari usia sekolah dasar sudah merokok. Sedangkan aku adalah orang yang sangat anti rokok. Karena aku tau kandungan di dalam rokok tersebut sangat membahayakan buat dia.

Aku selalu bawel kalau merokok harus menjauh dari anak - anak, bahkan sebelum masuk rumah harus mandi terlebih dahulu dan baju pun harus segera di ganti. Karena asap rokok yang menempel di baju sangat berbahaya jika di hisap oleh anak - anak.

Dengan kekuatan doa dan tekad sepenuh hati aku berjuang membuat suamiku melupakan rokok. Perjuanganku gak mudah, bahkan sampai aku meminta dengan air matapun suamiku tak bisa melupakan rokok yang menurut dia tak tergantikan dengan apapun. Hingga di 2018 akhirnya suamiku lepas dari ketergantungan rokok.

Aku pernah mengalami kejadian yang tidak enak di tempat umum, ada orang dengan seenaknya merokok di dekat ibu - ibu yang sedang menggendong bayi ataupun di dekat anak kecil. Bahkan ketika aku tegur perokok tersebut agar merokok di kejauhan dia malah gak terima dan bersikap sinis seakan terganggu kenyamanannya. Padahal kitalah sebagai perokok pasif yang lebih berbahaya mengisap asap perokok tadi.

Ternyata masih banyak perokok di masa pandemi ini, sebagian dari mereka yang bekerja dari rumah harus merokok di tengah keluarga, bahkan di depan anaknya sendiri yang masih balita. Miris banget sama hal seperti ini.

Dari sebuah riset aku mewawancarai seorang pemuda yang belum berumah tangga dan dia adalah seorang karyawan swasta di sebuah brand ternama. Dia pun merokok di sekitar lingkungan keluarga dan anak kecil.

Aku : Kenapa masih merokok sampai saat ini ?
Pemuda : Karena merokok itu suatu kenikmatan, tanpa rokok terasa ada yang kurang.
Aku : Kalau cukai rokok naik apa tetap mau beli ?
Pemuda : Dengan sigap dia langsung jawab Iya
Aku : Sudah tau belum kalau resiko perokok itu bisa mengakibatkan terkena gejala covid - 19 ?
Pemuda : Sempat terdiam,, kemudian bertanya masa sih ?

Di saat inilah aku mulai kasih edukasi buat dia, walaupun dia masih berat untuk berhenti merokok, paling tidak aku bisa sedikit membantu agar lebih cepat taubat dan menjauhkan rokok selamanya.

Seperti suamiku yang perlahan - lahan akhirnya bisa berenti merokok, salah satu tipsnya adalah dengan mengganti mengisap permen, jadi ketika rasa ingin merokok suamiku makan 1 atau 2 bungkus permen. Selain itu aku memberikan camilan sehat setiap dia mulai terasa ingin merokok.

Sisi Ekonomi

Di masa pandemi sekarang ini banyak yang pendapatannya malah berkurang, sedangkan perokok masih saja membeli rokok seperti biasa. Padahal uang rokok tersebut harusnya bisa untuk kebutuhan makan sehari - hari, apalagi yang masih punya anak dan balita yang memang sangat butuh asupan nutrisi dan vitamin agar terhindar dari covid - 19.

Cukai rokok naik sejak 1 januari 2020 hanya sekitar 23 % dan harga jual rokok naik 35%,  so perbungkus sekitar Rp. 20.000 aja, jadi masih terjangkau ya buat mereka yang sangat menggilai rokok.

Menurut Profesor dr. Hasbullah Thabrany sebagai Ketua Umum Komnas Pengendalian Tembakau.

Untuk kenaikan rokok jangan dilihat dari berapa persennya, tapi dilihat dari tujuannya. Menurut undang - undang cukai rokok bahwa cukai itu adalah alat untuk mengendalikan konsumsi, khususnya barang - barang konsumsi berbahaya atau membahayakan kesehatan lingkungan ataupun orang lain.
Untuk mengukur cukai sudah cukup signifikan atau belum adalah kalau konsumsinya sudah menurun.

Sedangkan menurut fakta 5 tahun terakhir anak - anak muda masih banyak yang merokok. Nah ini artinya harga rokok masih terjangkau buat mereka.

Agar tujuan tercapai makanya cukai harus di naikan lagi, semisalnya harga rokok menjadi Rp. 70.000/bungkus

Aku sangat setuju sih sama gagasan ini kalau harga rokok di naikan dengan harga yang boleh di bilang cukup mahal untuk kantong warga negara kita. Jadi anak - anak muda pun gak akan bisa beli dengan harga sebesar itu.

Bahaya merokok sudah sangat jelas bisa mengakibatkan penyakit yang serius untuk perokok aktif maupun perokok pasif.


1. Abangku yang tak pernah merokok di diagnosa oleh dokter mengidap penyakit TBC, karena dia berada di lingkungan perokok aktif. Hingga kini abangku harus terus berobat agar penyakitnya tidak bertambah parah.

2. Saudaraku, harus meninggalkan istri dan 1 anaknya di akibatkan penyakit paru yang sudah lama di idapnya. Karena dulu (Alm) adalah perokok berat.

3. Suamiku sendiri selama masih merokok badan selalu kurus kering, gigi kuning dan tangan dan kuku pun menguning akibat pembakaran rokok tersebut. Hingga akhirnya dia berenti merokok badannya kembali sehat dan bersih.

4. Seorang anak yang orang tuanya merokok lebih cendrung kena stunting dan otak anak pun jadi kurang cerdas.

5. Tetanggaku, seorang perokok aktif hingga terkena kanker pita suara, sampai pita suaranya di angkat dan bagian lehernya di lubangin. Dan kini dia telah wafat baru beberapa bulan yang lalu.


Aku yakin sebagian dari para perokok sudah tau dan mengerti dengan bahaya rokok. Terlebih kandungan nikotin dan tar yang sangat berbahaya jika harus melewati pembakaran.  Bahkan sudah terpampang jelas bahaya merokok di kemasan beberapa brand rokok.


Bungkus rokok yang bertuliskan bahaya merokok

Aku berharap pemerintah benar - benar bisa serius dalam menaikan cukai rokok di masa pandemi ini. Aku gak mau kehilangan keluarga, saudara ataupun teman lagi karna di akibatkan oleh benda yang hanya nikmat sesaat.

Dan aku mengusulkan agar edukasi tentang bahayanya merokok di masa pandemi ini bisa terjun langsung ke masyarakat yang memang kurang melek dengan digital hingga mereka akan lebih mengerti seberapa bahayanya benda mati yang tergulung kertas tersebut.


Aku sudah berbagi pengalaman pribadi untuk #putusinaja hubungan dengan rokok atau dorongan kepada pemerintah untuk #putusinaja kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Kamu juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog serial #putusinaja yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Indonesian Social Blogpreneur ISB. Syaratnya, bisa kamu lihat di sini ya 


Website Kbr.id
Facebook Kantor Berita Radio - KBR
Instagram @kbr.id
Twitter @halokbr @beritaKBR









Komentar

  1. Sedih ya, banyak bgt emang yg dari SD dah coba-coba ngerokok. Dulu temenku banyak yg gitu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer