Aku Harus Kuat Untuk Anak-Anakku Part 1

Bismillahirohmanirrohiim.. Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Aku mau menceritakan sebuah kisah yang baru aja aku alami setelah melahirkan bayi aku yang kedua. Awal kehamilan anakku yang kedua ini memang aku mual parah,sampai usia 5 bulan pun aku masih mual. Di usia 38 minggu kepala janin sudah di bawah namun memang kelilit tali pusar. Aku masih menunggu mules waktu itu, hingga di usia 40 minggu usg ternayata posisi bayi melintang dan tetap kelilit tali pusar. Dan akhirnya aku pun di vonis melahirkan secara cesar. Pergi ke dokter tgl 30 dan di jadwalkan cesar tgl 2 juni 2018. Hal yang tak pernah aku inginkan adalah melahirkan secara secar.

Di bulan ramadhan itu aku selalu berdoa ,bahkan sebelum detik2 melahirkan aku selalu meminta untuk lahir secara normal. Tapi Allah berkehendak lain. Aku pasrah, walaupun selama menuju proses secar aku sering menangis dan ketakutan dengan apa yang akan terjadi nanti. Tapi suami dan sahabatku menguatkan aku bahwa tidak akan terjadi apa2. Tapi enatah kenapa hatiku berkata aku bener2 gak mau di secar, aku takut bener2 takut. Bahkan sebelum berangkat ke Rs aku pamitan kepada kaka ipar ku dan abangku, karna memang kedua orang tuaku sudah tiada. Aku meminta doa kepada mereke sambil aku menahan tangis, dan juga aku menangis ketika harus pamitan kpd anakku yang pertama kaka sistha. Aku liat wajahnya dan matanya yang sudah mulai berair. Aku pun menahan tangis, walaupun di sepanjang jalan aku terus menangis dan tetap menguatkan hatiku.


Tibalah saat menjelang aku operasi secar. Aku ingat aku masuk ruang operasi jam 8 pagi. Dan mulai di bius di punggung dan itu sakiiittt banget, tapi aku harus kuat dengan baby ku. Lalu mulailah aku di operasi, dokternya sambil dengerin musik dan aku juga sambil di ajak bicara. Pada waktu itu gak terasa apa2, pas mau di ambil bayinya kok perut aku terasa di goyang2 ya. Yang pada akhirnya semua operasi berjalan lancar.

Sampai 3 hari kemudian aku mau plg dari rs kepala aku sempet pusing dan keluar keringet yang gak berenti2. Sampai baju basah. Tp aku pikir ini sakit kepala karna kurang tidur. Lalu sebelum plg kerumah aku sempat di kasih obat sakit kepala,dan tiduran bentar,sakit kepala sempat hilang tapi keringet tetep ada. Pas sampai dirumah ternayata kepala masih sakit dan keringet gak kunjung hilang. Aku pulang kerumah tanggal 4 juni 2018, kepala masih sakit dan keringet blm hilang juga.

Tanggal 5 juni sekitar jam 5 sore tiba2 aku menggigil hebat, tiba2 muka dan bibir aku membiru, lalu aku di bawa ke puskesmas sekitaran rumah,karna kalau di bawa ke rs tempatku operasi sangat jauhh dan macett banget. Di bawa kesana diagnosa dokter karna payudara aku membengkak dan harus di pompa. Kemuadian hanya di kasih obat nyeri. Tanggal 6 juni 2018 aku menemani suami sahur dan sambil memberi asi anakku.

Jam 5 pagi tiba2 aku menggigil lagi dan muka bibir aku mulai membiru, perutpun mulai sakit seperti tidak bisa kentut. Lalu aku langsung di bawa ke rs tempat aku di operasi. Sampai disana aku langsung dilarikan ke igd dan bertemu dengan dokter yang secar aku. Lalu di periksa jaitannya dan semua baik2 aja. Tidak ada yang luka. Aku langsung di kasih infusan dengan di tangan kanan dan di tangan kiri aku. Pada saat itu aku kurang jelas apa yang dokter bilang karna memang lagi nahan sakit, tiba2 ada dokter yang bilang kalau aku itu shock. Langsung ditanganin,dikasih oksigen, pasang kateter,pasang selang lewat hidung, detak jantung dan denyut nadi. Aku gak ngerti kenapa tiba2 begini. Dokter yang lainpun datang periksa perut dan langsung di diagnosa harus operasi saat ini juga. Dokter bedah pun mengatakan di depan aku dan suami,kalau mau di operasi semua harus di bius, dan bisa saja resiko biusnya bisa buat tidur untuk selamanya..Ya Allah mendengar dokter bicara kayak gtu aku mau pulang aja,aku gak mau di operasi. Aku sambil nangis sama suami apa yang harus dilakukan. Kami di kasih waktu sebentar. Kemudian datang suami dan abangku untuk memutuskan apa yang harus di lakukan. Ternyata aku harus operasi walaupun taruhan aku nyawa saat itu. Suami dan abangku menguatkan kalau semua akan baik2 saja, mereka bilang aku harus yakin dan kuat.
Aku tetap takut saat itu, hanyaa bisa nangis kejer inget sama anak2 dirumah apalagi bayi aku yang baru beberapa hari. Aku takut kalau aku operasi aku gak bisa bangun lagi. Dan suamiku bilang klau gak operasi akupun gak bisa bertahan lama. Ketika suamiku bicara dengan dokter abangku di samping terus menguatkan hatiku sambil bercucuran air matanya.

Aku sempet bertanya kenapa si harus kayak gini, abangku bilang "ini ujianmu" saat itu aku langsung sadar aku ini milik Allah, Allah berhak melakukan apapun terhadap hambanya. Lalu aku yakin aku akan ikuti apa yang sudah Allah gariskan. Dan suamipun menguatkan aku dengan berkata "Allah itu dekat sama kamu,dan aku pertama kali ketemu kamu,kamu itu orangnya kuat,jadi kamu pasti bisa dan yakin bisa,demi anak2 kita" suami aku pun bicara sambil meneteskan air mata. Aku pun nangis sejadi-jadinya. Lalu suami dan abangku pergi keluar ruangan mengurus surat perjanjian operasi. Di ruangan aku sambil menangis saat itu yang aku bisa lakukan hanya berdoa minta pertolongan Allah dan minta syafaat nabi muhammad SAW. Aku yakin doa2 aku di qabul di bulan ramadhan dan doa di hari ramdhan 10 hari terakhir. Walaupun tidak di qabul apa yang aku harapkan aku yakin Allah memberikan terbaik untuk hambanya. Sebelum operasi aku harus di ambil darah dan itu lebih dari 5x dan sakiit banget. Setelah itu aku harus pindah ruangan ke radiologi dengan penuh selang di tubuhku. Lalu setelah itu aku siap2 di bawa keruangan ICU. Ya Allah ruangan apa ini banyak alat2 disana,alat untuk detak jantung dan alat2 yang aku gak ngerti. Yang pasti ruangannya hening dan banyak orang yang gak sadar. Lalu gak lama tak tau jam brp aku sudah mau siap2 operasi, ada suster yang baik banget sama aku,dia yang menguatkan aku untuk selalu istigfar ketika nanti di operasi,ibu harus kuat dan semangat ya demi anak,gitu katanya.

Lalu ketika aku mau di bawa keruang operasi abang aku yang pertama datang dan sambil nangis aku minta doanya semoga di mudahin,dan aku minta restu suami aku sambil nangis dan aku cium tangannya sambil aku menatap wajahnya karna aku takut saat itu adalah terakhir kali aku menatapnya. Di saat itupun suster bilang ayo berdoa . Saat itu aku merasa apa iya ini akhir dari hidupku???😭😭😭  Lalu masuklah aku diruang operasi,ketika mau di bius aku membaca alfatihah,istigfar yang tak henti2nya hingga aku tak tersadrkan diri.

*Bersambung*


Komentar

Postingan Populer