Keajaiban Dalam Hidupku

Assalamualaikum semua, apa kabar hari ini ? Semoga semuanya dalam keadaan baik - baik aja ya. Kali ini aku mau menceritakan sebuah cerita yang membuat aku selalu terharu ketika membahasnya.

Bermula ketika aku melahirkan seorang anak perempuan di sebuah Rumah Sakit Umum yang sudah sangat terkenal. Aku melahirkan anak kedua ku pada tanggal 2 juni 2018.

Aku melahirkan secara secar, karna anakku posisinya melintang pada saat itu, dan usia kandungankupun sudah 40 minggu. Akhirnya dokter memutuskan untuk operasi di tanggal tersebut.

Baby aku

Dari awal memang aku sudah merasakan ada yang gak enak ketika mau berangkat ke rumah sakit. Air mataku jatuh tak terkira, apalagi ketika aku pamitan dengan anakku yang pertama, dia tidak menangis tapi aku liat matanya berkaca - kaca seakan menahan rasa sedih.

Lalu aku pamitan dengan abang dan kaka iparku sambil menahan air mata. Sepanjang jalan menuju rumah sakit hatiku masih bergejolak gak mau di secar, air mataku terus berjatuhan hingga membasahi jilbab yang aku pakai.

Ketika sampai di rumah sakit, aku menunggu di ruangan sambil menunggu suamiku mengurus surat untuk mendapatkan kamar. Akhirnya aku masuk kamar yang membuatku nyaman sesaat.

Tibalah keesokan harinya jam 08.30 pagi aku masuk ruang operasi. Saat itulah di mulai semuanya. Rasa deg - degan mulai semakin kuat, berusaha untuk menguatkan diri sendiri.

Ketika aku berada di ruang operasi dokter mulai memberikan suntik di punggung, masya Allah rasa sakitnya itu hingga ke tulang. Lebih perihnya ketika suntikan aku yang pertama dan kedua gagal hingga harus di ulang untuk yang ketiga kalinya.

Setelah aku di bius di bagian perut sampai bawah, dokter mulai membedah perutku, ternyata dokternya sambil dengerin musik dan sambil ajak aku ngobrol. Mungkin maksudnya biar semua rileks atau biar aku gak tegang pada saat itu.

Lalu aku mulai merasakan perutku seakan di koyak - koyak, duh aku ngeri banget rasanya, lalu muncullah bayiku dari perutku, lalu di bawalah anakku ke ruangan untuk di pakaikan popok bayi. Kemudian suara suster mengejutkanku dengan posisi bayi sudah di samping wajahku.

Hanya sebentar aku melihat bayiku saat itu, kemudian dokter mulai menjahit perutku yang sudah di belah di bagian perut bawah. Semua berlangsung normal, aku baik - baik saja pada waktu itu.

Tanggal 4 juni 2018 aku di bolehkan pulang ke rumah. Padahal saat aku sebelum pulang aku sudah merasakan kepala pusing dan keringat jatuh tak henti - hentinya. Aku pikir paling aku pusing karna kurang tidur. Lalu aku bilang ke suster, sebelum pulang aku di kasih obat sakit kepala.

Sampai di rumah aku bahagia karna aku membawa anggota baru ke rumah. Tapi ternyata kepalaku masih terasa sakit dan keringat aku malah membasahi seluruh baju. Aku berpikir mungkin karna suasana panas di kamar. Setelah itu aku mulai menggigil hebat, badan dan bibir mulai membiru, suamiku panik dan mulailah saudara dan tetanggaku mendatangiku.

Lalu secepatnya aku di larikan ke puskesmas, karna kalau balik ke rumah sakit tempat aku lahiran waktunya akan lama, waktu itu jam 5 sore di mana akses menuju ke sana sangat macet, apalagi waktu itu adalah Bulan Ramadhan.

Sampai di Puskesmas aku hanya di diagnosa payudara membengkak. Lalu di kasih obat sakit kepala biasa dan di bolehkan pulang. Sampailah aku di rumah kembali.

Sekitar pukul setengah 5 pagi aku sambil menyusui bayiku dan menemani suami makan sahur. Tiba - tiba aku menggigil lagi, wajahku mulai membiru, bibirku gemetar, dingin yang kurasakan semakin luar biasa. Dalam hatiku berkata " Ya Allah kenapa aku ini, apa hidupku gak lama lagi? "

Tak pikir panjang suami dan abangku pesan mobil online langsung menuju ke rumah sakit. Aku masih menggigil dengan memakai baju berlapis dan selimut serta minyak angin.

Setelah diperiksa dokter yang membantu aku melahirkan sebut saja namanya Dokter D memeriksa jahitan operasi aku, dia bilang semua baik - baik saja. Setelah itu dokter D entah pergi ke mana, lalu ada seorang perawat lelaki yang bilang kalau aku shock dan di bawalah aku ke UGD.

Di ruangan ini semua dokter mendatangiku, saat itu mereka memeriksa bergantian. Tiba - tiba suamiku datang dengan tangis yang pecah, dia bilang aku harus menjalani operasi besar saat itu juga. Diagnosa dokter aku pendarahan usus. Ya Allah apalagi ini, saat itu aku menangis sejadi - jadinya.

Aku bilang ke suamiku kalau aku gak mau di operasi, tapi dia bilang kalau kamu gak operasi dokter gak jamin kamu bisa bertahan lama. Semakinlah aku menangis, saat itu perasaan aku hancur, aku bingung dokterpun gak menjamin kalau operasi aku bisa berhasil.

Di saat bersamaan aku langsung di pasang alat - alat dari mulai infusan, alat yang di masukin ke hidung yang rasanya sakit luar biasa, sampai harus di pasang kateter buat alat pipis dan di ambil darah berkali - kali. Ya Allah aku menangis tak henti - hentinya.

Lalu abangku mendatangiku dengan berurai air mata, abangku yang jarang sekali menangis kini kulihat dia menangis pecah di hadapanku, semakin sedihlah aku saat itu. Abangku tetap membujuk aku buat operasi, lalu aku bilang " kenapa sih harus kayak gini " abangku jawab " ini semua ujianmu"

Saat itu hatiku tersentak, aku tersadar aku ini milikmu ya Allah, Engkau berhak mengambil apa yang Kau punya. Saat itu aku membaca bismillah aku putuskan untuk operasi. Walaupun aku gak tau hasil operasinya gagal atau berhasil. Tak hentinya mulut dan hatiku istigfar, aku meminta syafaat dari Baginda Nabi Muhammad dengan terus membaca sholawat.

Air mata terus berjatuhan, suamiku berganti menemuiku dia bilang " aku waktu ketemu kamu adalah wanita yang kuat, aku yakin kamu pasti bisa lewatin ini semua " ah air mataku jatuh lagi dan lagi, lalu suamiku izin untuk mengurus surat tanda tangan kematian kalau tiba - tiba terjadi sesuatu dengan aku.

Lalu aku di pindahkan ke ruangan ICCU, lagi lagi hatiku tersentak melihat suasana sekitar yang hening. Aku melihat banyak pasien yang tidak sadarkan diri dengan banyak alat di tubuhnya. Ya Allah aku sangat takut melihatnya, tak hentinya aku berdoa minta di panjangkan umurku.


Saat operasi tiba abangku yang pertama datang sambil menangis, dia menguatkan aku saat itu. Saat mau masuk ruang operasi aku mencari suamiku dimana, ternyata suamiku sedang repot mengurus hal yang berhubungan dengan operasiku. Akhirnya aku bertemu dan kutatap matanya sambil menahan tangis, aku sudah ikhlas kalau tatapan aku padanya adalah yang terakhir kali, aku masih ingat ketika dia menatap sambil menahan tangis.

Ketika di ruang operasi aku membaca surah Alfatihah dan tiba - tiba dokter membiusku, setelah itu aku tak sadarkan diri. Dan selama operasi berlangsung ternyata aku kekurangan 2 kantong darah. Suamiku harus mencari dengan susah payah ke Palang Merah Indonesia dan hasilnya nihil. Semua temanku dan saudaraku yang mau mendonor harus datang ke PMI sedangkan waktu yang diberikan 2 jam tidak cukup.

Saat itu suamiku balik ke rumah sakit dengan perasaan hancur, dia pasrah dengan ketentuan dari Allah. Dia berfikir dialah yang akan membesarkan anak-anakku nanti. Sampai di rumah sakit dia bertemu suster, dan ternyata suster bilang kalau aku sudah mendapatkan darah. Dan yang aku dan suamiku heran sampai saat ini pendonor darah itu tidak mau menyebutkan namanya.

Operasiku berjalan lancar dan aku kembali masuk ruangan ICCU. Malam pertama setelah aku operasi aku mulai bermimpi aneh. Aku bermimpi di turunkan dari atas langit dan sampai di sebuah istana yang megah, dengan taman bunga di halaman, sedangkan di dalam terhampar warna merah dan gold seluas - luasnya. Lalu ada yang berkata padaku " ini adalah tempatmu " kulihat orang - orang sedang mengantri panjang. Lalu aku ter bangun dari mimpiku.

Di malam kedua aku di pindahkan ke kamar HCU, karna kondisiku semakin membaik. Dan di malam kedua setelah aku operasi aku bermimpi yang aneh lagi. Aku bermimpi bermain di lautan dengan ikan yang penuh warna warni. Saat itu aku berucap "indah sekali ya Allah". Lalu aku terciprat air laut tersebut dan cipratan air itu yang membuat aku bangun dari tempat tidur.

Seiring berjalannya waktu aku semakin membaik, aku melewati masa di mana kematian sejangkal dengan aku. Aku memahami sebagai seorang ibu banyak sekali perjuangannya, makanya ketika ibu kita masih ada jangan pernah buat dia terluka, karna melahirkan tidaklah mudah.

Dan aku beruntung masih diberi kesempatan oleh Allah untuk hidup dan merawat anak - anakku. Walaupun bekas operasi di bagian perut tengah dan bawah akan membekas seumur hidup.

Keajaiban Allah itu selalu ada di sekitar kita. Dan benar Allah itu dekat sekali dengan hambanya, lebih dekat dari urat leher kita.

Terima kasih sudah membaca ceritaku, semoga bermanfaat dan bisa mengambil hikmat dari ceritaku ini. 

Kondisi aku paska secar &operasi bisa kumpul di hari lebaran 2018


Komentar

Postingan Populer